Banyak orang yang melihat berita mengira bahwa ini adalah akun besar yang tiba-tiba mengalami margin call, tetapi setelah dicek, kenyataannya jauh lebih menakutkan.
Sejak pertengahan Oktober tahun ini, sebuah akun terkenal telah terjebak dalam "lingkaran kematian"—lebih dari 200 kali sistem melakukan likuidasi. Kamu tidak salah baca, lebih dari 200 kali, bukan dua atau tiga kali. Proses ini berlangsung selama lebih dari dua bulan, seperti disiksa secara perlahan. Hasil akhirnya? Kerugian kumulatif sebesar 710 juta dolar Taiwan baru, dan saldo akun tersisa sekitar 1,66 juta dolar Taiwan.
Apa yang tersembunyi di balik angka ini? Bukan keberuntungan buruk, juga bukan sekadar kesalahan operasional. Ini adalah contoh klasik dari kasus "memasak katak dalam air hangat"—para trader besar yang terus-menerus mengalami kerugian kecil karena fluktuasi pasar yang berkelanjutan, sampai akhirnya tidak mampu membalikkan keadaan. Setiap likuidasi menguras dana, setiap pengurangan mengurangi kemampuan menghadapi risiko, dan akhirnya membentuk siklus yang merugikan.
Pergerakan harga BTC dan ETH dalam dua bulan terakhir memang cukup fluktuatif, tetapi akun yang mengalami 200 kali likuidasi menunjukkan bahwa ini bukan hanya masalah pasar, melainkan juga melibatkan strategi penggunaan leverage, pengaturan stop-loss, manajemen dana, dan berbagai aspek lainnya. Kasus ini menjadi peringatan bagi semua orang yang melakukan trading kontrak di bursa—akun yang tampaknya stabil, jika konfigurasi leverage tidak masuk akal, bisa saja secara perlahan terkikis dan menghadapi risiko yang semakin besar.
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Banyak orang yang melihat berita mengira bahwa ini adalah akun besar yang tiba-tiba mengalami margin call, tetapi setelah dicek, kenyataannya jauh lebih menakutkan.
Sejak pertengahan Oktober tahun ini, sebuah akun terkenal telah terjebak dalam "lingkaran kematian"—lebih dari 200 kali sistem melakukan likuidasi. Kamu tidak salah baca, lebih dari 200 kali, bukan dua atau tiga kali. Proses ini berlangsung selama lebih dari dua bulan, seperti disiksa secara perlahan. Hasil akhirnya? Kerugian kumulatif sebesar 710 juta dolar Taiwan baru, dan saldo akun tersisa sekitar 1,66 juta dolar Taiwan.
Apa yang tersembunyi di balik angka ini? Bukan keberuntungan buruk, juga bukan sekadar kesalahan operasional. Ini adalah contoh klasik dari kasus "memasak katak dalam air hangat"—para trader besar yang terus-menerus mengalami kerugian kecil karena fluktuasi pasar yang berkelanjutan, sampai akhirnya tidak mampu membalikkan keadaan. Setiap likuidasi menguras dana, setiap pengurangan mengurangi kemampuan menghadapi risiko, dan akhirnya membentuk siklus yang merugikan.
Pergerakan harga BTC dan ETH dalam dua bulan terakhir memang cukup fluktuatif, tetapi akun yang mengalami 200 kali likuidasi menunjukkan bahwa ini bukan hanya masalah pasar, melainkan juga melibatkan strategi penggunaan leverage, pengaturan stop-loss, manajemen dana, dan berbagai aspek lainnya. Kasus ini menjadi peringatan bagi semua orang yang melakukan trading kontrak di bursa—akun yang tampaknya stabil, jika konfigurasi leverage tidak masuk akal, bisa saja secara perlahan terkikis dan menghadapi risiko yang semakin besar.