Ketika trader dan investor berbicara tentang bags mereka di dunia kripto, mereka merujuk pada kepemilikan cryptocurrency dan token yang ada di portofolio mereka. Meskipun tidak ada ambang batas resmi, istilah ini biasanya menggambarkan posisi yang substansial—dan ketika ini mengumpulkan nilai yang signifikan, peserta sering menyebutkan membawa “heavy bags.”
Fenomena Bagholder
Mereka yang mempertahankan tas kripto mereka dalam jangka waktu yang lama mendapatkan label “bagholders.” Namun, istilah ini memiliki konotasi tertentu: investor yang dengan keras kepala menolak untuk keluar dari posisi mereka meskipun kondisi pasar memburuk. Ini sering kali adalah HODLers yang dibawa ke ekstrem—individu yang berkomitmen pada aset mereka melalui penurunan dan pasar bearish, menyaksikan kepemilikan mereka terdepresiasi tanpa mengambil tindakan.
Pola perilaku ini tercermin di berbagai jenis investor. Beberapa hanya kurang menyadari dinamika pasar yang sedang berlangsung, baik karena mereka memiliki keyakinan yang teguh tentang valuasi di masa depan atau karena mereka belum memprioritaskan untuk melacak kinerja koin mereka. Yang lainnya beroperasi dengan lebih banyak informasi tetapi tetap berpegang pada posisi yang merugi.
Psikologi di Balik Menahan Kerugian
Sebuah prinsip psikologis yang disebut disposition effect menjelaskan banyak dari mentalitas pemegang kerugian. Pola perilaku ini menggambarkan bagaimana investor cenderung berpegang teguh pada aset yang berkinerja buruk—selalu berharap untuk pemulihan—sementara dengan cepat melikuidasi posisi yang meningkat nilainya. Penyebab utamanya terletak pada sifat manusia itu sendiri: orang merasakan rasa sakit dari kerugian jauh lebih intens daripada kesenangan dari keuntungan yang setara.
Asimetri dalam respons emosional ini mendorong ketidakkonsistenan rasional. Seorang investor mungkin hold kerugian 50% berharap untuk kembali ke titik impas, namun dengan cepat menjual keuntungan 50% untuk mengunci profit. Dalam kedua kasus, posisi dimulai dengan nilai yang sama, namun psikologi menentukan tindakan yang berlawanan. Memahami fenomena ini mengungkapkan mengapa begitu banyak peserta dunia kripto menjadi bagholders—bukan karena kurangnya kecerdasan, tetapi melalui aspek fundamental tentang bagaimana pikiran manusia memproses risiko dan imbalan.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Memahami Tas Kripto: Holding Portofolio dan Psikologi Pasar
Ketika trader dan investor berbicara tentang bags mereka di dunia kripto, mereka merujuk pada kepemilikan cryptocurrency dan token yang ada di portofolio mereka. Meskipun tidak ada ambang batas resmi, istilah ini biasanya menggambarkan posisi yang substansial—dan ketika ini mengumpulkan nilai yang signifikan, peserta sering menyebutkan membawa “heavy bags.”
Fenomena Bagholder
Mereka yang mempertahankan tas kripto mereka dalam jangka waktu yang lama mendapatkan label “bagholders.” Namun, istilah ini memiliki konotasi tertentu: investor yang dengan keras kepala menolak untuk keluar dari posisi mereka meskipun kondisi pasar memburuk. Ini sering kali adalah HODLers yang dibawa ke ekstrem—individu yang berkomitmen pada aset mereka melalui penurunan dan pasar bearish, menyaksikan kepemilikan mereka terdepresiasi tanpa mengambil tindakan.
Pola perilaku ini tercermin di berbagai jenis investor. Beberapa hanya kurang menyadari dinamika pasar yang sedang berlangsung, baik karena mereka memiliki keyakinan yang teguh tentang valuasi di masa depan atau karena mereka belum memprioritaskan untuk melacak kinerja koin mereka. Yang lainnya beroperasi dengan lebih banyak informasi tetapi tetap berpegang pada posisi yang merugi.
Psikologi di Balik Menahan Kerugian
Sebuah prinsip psikologis yang disebut disposition effect menjelaskan banyak dari mentalitas pemegang kerugian. Pola perilaku ini menggambarkan bagaimana investor cenderung berpegang teguh pada aset yang berkinerja buruk—selalu berharap untuk pemulihan—sementara dengan cepat melikuidasi posisi yang meningkat nilainya. Penyebab utamanya terletak pada sifat manusia itu sendiri: orang merasakan rasa sakit dari kerugian jauh lebih intens daripada kesenangan dari keuntungan yang setara.
Asimetri dalam respons emosional ini mendorong ketidakkonsistenan rasional. Seorang investor mungkin hold kerugian 50% berharap untuk kembali ke titik impas, namun dengan cepat menjual keuntungan 50% untuk mengunci profit. Dalam kedua kasus, posisi dimulai dengan nilai yang sama, namun psikologi menentukan tindakan yang berlawanan. Memahami fenomena ini mengungkapkan mengapa begitu banyak peserta dunia kripto menjadi bagholders—bukan karena kurangnya kecerdasan, tetapi melalui aspek fundamental tentang bagaimana pikiran manusia memproses risiko dan imbalan.