Apa yang telah dialami Yen Jepang dalam sepuluh tahun terakhir? Jawaban atas pertanyaan ini secara langsung berkaitan dengan penilaian investor terhadap arah masa depan nilai tukar Yen Jepang. Sejak pecahnya gelembung ekonomi Jepang pada tahun 1990-an, Bank of Japan (BoJ) telah menerapkan kebijakan moneter yang sangat longgar dalam jangka waktu yang panjang, dan USD/JPY dari 75,6 pada 2011 naik ke sekitar 152 pada 2021, dengan depresiasi Yen lebih dari 50%. Namun, mulai tahun 2023, tren depresiasi yang berkelanjutan ini mulai berbalik, dan pasar kembali menilai ulang nilai Yen.
Tren Terbaru Nilai Tukar Yen Jepang
Memasuki tahun 2025, nilai tukar Yen menunjukkan fluktuasi yang tajam. Pada awal tahun, USD/JPY sekitar 160, dan pada 21 April turun ke titik terendah tahun ini di 140,876, mengapresiasi Yen lebih dari 12% dalam tiga bulan. Tetapi kemudian situasi berbalik, dari Mei hingga September Yen berulang kali melemah, dan pada Oktober USD/JPY menembus level 150 dan terus menguat.
Data terbaru menunjukkan bahwa pada 31 Oktober, USD/JPY menembus di bawah 154, mencatat harga tertinggi delapan bulan terakhir. Apa yang tercermin dari fluktuasi ini? Faktor utama yang mendorong termasuk: melebarya spread suku bunga AS-Jepang, lambatnya langkah kenaikan suku bunga BoJ, dan ketidakpastian prospek kebijakan pemerintah Sano Manabu.
Pentingnya Titik Balik Kebijakan BoJ
Memahami arah masa depan Yen, kita harus mengikuti ritme kebijakan BoJ. Pada Maret 2024, BoJ mengakhiri kebijakan suku bunga negatif yang telah berlangsung bertahun-tahun, dan menaikkan suku bunga ke kisaran 0-0,1%, ini adalah pertama kalinya dalam 17 tahun sejak 2007. Meski pasar awalnya berharap ini akan mendukung Yen, karena spread suku bunga AS-Jepang tetap melebar, Yen malah terus melemah.
Keputusan pada 31 Juli 2024 menjadi titik balik. BoJ melakukan kenaikan suku bunga tak terduga sebesar 15 basis poin menjadi 0,25%, yang memicu gejolak di pasar keuangan global dan bahkan memicu penutupan posisi arbitrase Yen secara besar-besaran. Dua bulan kemudian, Yen menguat sementara, tetapi pada September, BoJ memutuskan untuk menangguhkan kenaikan suku bunga, dan suku bunga tetap di 0,25%.
Pada 24 Januari 2025, BoJ melakukan langkah paling agresif dalam beberapa tahun terakhir, menaikkan suku bunga dari 0,25% ke 0,5%, mencatat kenaikan tunggal terbesar sejak 2007. Ada dua faktor yang mendukung keputusan ini: CPI inti tahunan naik 3,2% melebihi ekspektasi pada Maret, dan negosiasi upah pada musim gugur 2024 mencapai kenaikan 2,7%. Selama sepuluh bulan berikutnya, BoJ tetap tidak mengubah kebijakan, dan suku bunga acuan tetap di 0,5%, sehingga Yen tetap tertekan.
Faktor Kunci yang Membatasi Pergerakan Nilai Tukar Yen
Spread suku bunga AS-Jepang tetap menjadi penggerak utama
Situasi saat ini menunjukkan bahwa BoJ mempertahankan suku bunga rendah 0,5% tanpa memberi sinyal kenaikan yang jelas, sementara Federal Reserve tetap bersikap hawkish, dan ekspektasi penurunan suku bunga lagi di bulan Desember berkurang. Hal ini menyebabkan spread suku bunga kedua negara terus melebar dan menjadi alasan utama melemahnya Yen. Bahkan jika BoJ akhirnya menormalisasi suku bunga ke sekitar 1%, dalam jangka pendek, pola spread ini sulit diubah.
Ketahanan ekonomi AS cukup kuat
Meskipun pasar tenaga kerja AS menunjukkan tanda-tanda melemah, prospek ekonomi secara keseluruhan tetap relatif optimis. Pejabat Federal Reserve terus menekankan risiko inflasi dan menyatakan bahwa kemungkinan penurunan suku bunga lebih lanjut tahun ini kecil, yang semakin mendukung posisi dolar terhadap Yen.
Secara teknikal, tren kenaikan masih terlihat
Dari grafik teknikal, USD/JPY sudah mendapatkan dukungan di atas 153,30, indikator osilator harian terus berada di zona positif dan tidak menunjukkan sinyal overbought, menunjukkan masih ada ruang untuk kenaikan jangka pendek. Jika berhasil menembus resistance di 154,80, kemungkinan akan menguji level psikologis 155,00. Sebaliknya, jika menembus support di 154,00, support berikutnya berada di kisaran 153,25 hingga 152,15.
Analis teknikal menunjukkan bahwa USD/JPY stabil di atas moving average 200 hari, dan MA 50 menunjukkan tren naik. MACD pada akhir bulan lalu membentuk golden cross yang menguatkan sinyal bullish. Meskipun indikator ini tidak sepenuhnya menyingkirkan kemungkinan koreksi jangka pendek, struktur teknikal secara keseluruhan tetap optimistis.
Akankah Yen Terus Melemah pada 2026?
Pasar saat ini cenderung berpendapat bahwa tren jangka pendek Yen bersifat “moderate bearish”, dan secara umum memperkirakan dolar akan terus menguat terhadap Yen, sehingga Yen akan terus menghadapi tekanan depresiasi. Namun, prediksi ini juga memiliki variabel:
Titik balik potensial
Data ekonomi Jepang perlu diperhatikan. Setiap tanda-tanda percepatan pertumbuhan upah dapat meningkatkan ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga lebih lanjut dari BoJ, yang akan mendukung Yen. Selain itu, Gubernur BoJ Ueda Kazuo menyatakan akan terus memantau pertumbuhan upah tahun depan untuk menilai apakah harga dan upah dapat membentuk siklus positif. Pernyataan hati-hati ini dipandang pasar sebagai penurunan kemungkinan kenaikan suku bunga dalam waktu dekat, memperburuk tekanan jual Yen.
Sinyal positif dari perspektif jangka panjang
Secara jangka menengah dan panjang, banyak lembaga yang optimis terhadap prospek Yen. Goldman Sachs menunjukkan bahwa pengalaman sejarah menunjukkan bahwa meskipun nilai tukar Yen cenderung menyimpang dari harga wajar dalam jangka panjang, akhirnya akan kembali ke nilai yang seharusnya. Mereka memperkirakan bahwa seiring normalisasi kebijakan moneter Jepang, dalam sepuluh tahun ke depan, nilai tukar Yen terhadap dolar bisa naik ke level 100 Yen, yang berarti potensi pembalikan tren depresiasi selama bertahun-tahun secara struktural.
Variabel Kunci yang Mempengaruhi Pergerakan Nilai Tukar Yen
Data inflasi dan respons bank sentral
Saat ini, inflasi global tinggi, dan harga minyak didorong naik. Jika inflasi terus meningkat, bank sentral mungkin akan menaikkan suku bunga untuk mengendalikan harga, yang bisa menguatkan Yen; sebaliknya, jika inflasi melandai, BoJ tidak akan terburu-buru mengubah kebijakan longgar. Perlu dicatat bahwa Jepang masih termasuk negara dengan tingkat inflasi terendah di dunia.
Isyarat pertumbuhan ekonomi
Data GDP dan PMI Jepang yang menguat menunjukkan bahwa bank sentral memiliki ruang untuk melakukan pengetatan, yang mendukung penguatan Yen; jika pertumbuhan melambat, bank sentral harus melanjutkan kebijakan longgar, yang tidak mendukung Yen. Saat ini, pertumbuhan ekonomi Jepang relatif stabil di antara negara G7.
Interpretasi pasar terhadap pernyataan bank sentral
Gubernur BoJ Ueda Kazuo yang baru setiap kata bisa menjadi sorotan besar. Terutama pernyataan terkait suku bunga negatif dan kontrol kurva hasil (YCC), setiap sinyal pengetatan atau keraguan terhadap kebijakan longgar bisa memicu apresiasi Yen secara cepat.
Sentimen safe haven internasional
Yen memiliki atribut safe haven, dan cenderung menguat saat terjadi krisis. Misalnya, setelah konflik di Palestina meningkat, Yen menguat terhadap mata uang lain dalam waktu singkat. Selain itu, penyesuaian kebijakan bank sentral lain juga mempengaruhi nilai Yen—jika semua bank sentral secara kolektif menurunkan suku bunga, Yen secara tidak langsung akan menguat.
Rekomendasi Investasi dan Peringatan Risiko
Dari situasi saat ini, pergerakan Yen masih menghadapi ketidakpastian besar. Dalam jangka pendek, spread suku bunga AS-Jepang yang melebar sulit dipercepat, dan tekanan depresiasi Yen tetap ada. Tetapi dalam jangka menengah dan panjang, normalisasi kebijakan BoJ dan perubahan kondisi ekonomi global dapat menciptakan peluang penguatan Yen.
Investor yang memiliki kebutuhan perjalanan atau konsumsi dapat melakukan pembelian Yen secara bertahap untuk memenuhi kebutuhan tersebut; trader yang ingin meraih keuntungan dari fluktuasi nilai tukar harus melakukan manajemen risiko yang ketat dan menilai kondisi keuangan serta toleransi risiko mereka secara matang. Dalam situasi yang kompleks ini, saran dari profesional sangat diperlukan.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Interpretasi Tren Nilai Tukar Yen Jepang: Apakah Masih Ada Ruang Penurunan di Tahun 2026?
Apa yang telah dialami Yen Jepang dalam sepuluh tahun terakhir? Jawaban atas pertanyaan ini secara langsung berkaitan dengan penilaian investor terhadap arah masa depan nilai tukar Yen Jepang. Sejak pecahnya gelembung ekonomi Jepang pada tahun 1990-an, Bank of Japan (BoJ) telah menerapkan kebijakan moneter yang sangat longgar dalam jangka waktu yang panjang, dan USD/JPY dari 75,6 pada 2011 naik ke sekitar 152 pada 2021, dengan depresiasi Yen lebih dari 50%. Namun, mulai tahun 2023, tren depresiasi yang berkelanjutan ini mulai berbalik, dan pasar kembali menilai ulang nilai Yen.
Tren Terbaru Nilai Tukar Yen Jepang
Memasuki tahun 2025, nilai tukar Yen menunjukkan fluktuasi yang tajam. Pada awal tahun, USD/JPY sekitar 160, dan pada 21 April turun ke titik terendah tahun ini di 140,876, mengapresiasi Yen lebih dari 12% dalam tiga bulan. Tetapi kemudian situasi berbalik, dari Mei hingga September Yen berulang kali melemah, dan pada Oktober USD/JPY menembus level 150 dan terus menguat.
Data terbaru menunjukkan bahwa pada 31 Oktober, USD/JPY menembus di bawah 154, mencatat harga tertinggi delapan bulan terakhir. Apa yang tercermin dari fluktuasi ini? Faktor utama yang mendorong termasuk: melebarya spread suku bunga AS-Jepang, lambatnya langkah kenaikan suku bunga BoJ, dan ketidakpastian prospek kebijakan pemerintah Sano Manabu.
Pentingnya Titik Balik Kebijakan BoJ
Memahami arah masa depan Yen, kita harus mengikuti ritme kebijakan BoJ. Pada Maret 2024, BoJ mengakhiri kebijakan suku bunga negatif yang telah berlangsung bertahun-tahun, dan menaikkan suku bunga ke kisaran 0-0,1%, ini adalah pertama kalinya dalam 17 tahun sejak 2007. Meski pasar awalnya berharap ini akan mendukung Yen, karena spread suku bunga AS-Jepang tetap melebar, Yen malah terus melemah.
Keputusan pada 31 Juli 2024 menjadi titik balik. BoJ melakukan kenaikan suku bunga tak terduga sebesar 15 basis poin menjadi 0,25%, yang memicu gejolak di pasar keuangan global dan bahkan memicu penutupan posisi arbitrase Yen secara besar-besaran. Dua bulan kemudian, Yen menguat sementara, tetapi pada September, BoJ memutuskan untuk menangguhkan kenaikan suku bunga, dan suku bunga tetap di 0,25%.
Pada 24 Januari 2025, BoJ melakukan langkah paling agresif dalam beberapa tahun terakhir, menaikkan suku bunga dari 0,25% ke 0,5%, mencatat kenaikan tunggal terbesar sejak 2007. Ada dua faktor yang mendukung keputusan ini: CPI inti tahunan naik 3,2% melebihi ekspektasi pada Maret, dan negosiasi upah pada musim gugur 2024 mencapai kenaikan 2,7%. Selama sepuluh bulan berikutnya, BoJ tetap tidak mengubah kebijakan, dan suku bunga acuan tetap di 0,5%, sehingga Yen tetap tertekan.
Faktor Kunci yang Membatasi Pergerakan Nilai Tukar Yen
Spread suku bunga AS-Jepang tetap menjadi penggerak utama
Situasi saat ini menunjukkan bahwa BoJ mempertahankan suku bunga rendah 0,5% tanpa memberi sinyal kenaikan yang jelas, sementara Federal Reserve tetap bersikap hawkish, dan ekspektasi penurunan suku bunga lagi di bulan Desember berkurang. Hal ini menyebabkan spread suku bunga kedua negara terus melebar dan menjadi alasan utama melemahnya Yen. Bahkan jika BoJ akhirnya menormalisasi suku bunga ke sekitar 1%, dalam jangka pendek, pola spread ini sulit diubah.
Ketahanan ekonomi AS cukup kuat
Meskipun pasar tenaga kerja AS menunjukkan tanda-tanda melemah, prospek ekonomi secara keseluruhan tetap relatif optimis. Pejabat Federal Reserve terus menekankan risiko inflasi dan menyatakan bahwa kemungkinan penurunan suku bunga lebih lanjut tahun ini kecil, yang semakin mendukung posisi dolar terhadap Yen.
Secara teknikal, tren kenaikan masih terlihat
Dari grafik teknikal, USD/JPY sudah mendapatkan dukungan di atas 153,30, indikator osilator harian terus berada di zona positif dan tidak menunjukkan sinyal overbought, menunjukkan masih ada ruang untuk kenaikan jangka pendek. Jika berhasil menembus resistance di 154,80, kemungkinan akan menguji level psikologis 155,00. Sebaliknya, jika menembus support di 154,00, support berikutnya berada di kisaran 153,25 hingga 152,15.
Analis teknikal menunjukkan bahwa USD/JPY stabil di atas moving average 200 hari, dan MA 50 menunjukkan tren naik. MACD pada akhir bulan lalu membentuk golden cross yang menguatkan sinyal bullish. Meskipun indikator ini tidak sepenuhnya menyingkirkan kemungkinan koreksi jangka pendek, struktur teknikal secara keseluruhan tetap optimistis.
Akankah Yen Terus Melemah pada 2026?
Pasar saat ini cenderung berpendapat bahwa tren jangka pendek Yen bersifat “moderate bearish”, dan secara umum memperkirakan dolar akan terus menguat terhadap Yen, sehingga Yen akan terus menghadapi tekanan depresiasi. Namun, prediksi ini juga memiliki variabel:
Titik balik potensial
Data ekonomi Jepang perlu diperhatikan. Setiap tanda-tanda percepatan pertumbuhan upah dapat meningkatkan ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga lebih lanjut dari BoJ, yang akan mendukung Yen. Selain itu, Gubernur BoJ Ueda Kazuo menyatakan akan terus memantau pertumbuhan upah tahun depan untuk menilai apakah harga dan upah dapat membentuk siklus positif. Pernyataan hati-hati ini dipandang pasar sebagai penurunan kemungkinan kenaikan suku bunga dalam waktu dekat, memperburuk tekanan jual Yen.
Sinyal positif dari perspektif jangka panjang
Secara jangka menengah dan panjang, banyak lembaga yang optimis terhadap prospek Yen. Goldman Sachs menunjukkan bahwa pengalaman sejarah menunjukkan bahwa meskipun nilai tukar Yen cenderung menyimpang dari harga wajar dalam jangka panjang, akhirnya akan kembali ke nilai yang seharusnya. Mereka memperkirakan bahwa seiring normalisasi kebijakan moneter Jepang, dalam sepuluh tahun ke depan, nilai tukar Yen terhadap dolar bisa naik ke level 100 Yen, yang berarti potensi pembalikan tren depresiasi selama bertahun-tahun secara struktural.
Variabel Kunci yang Mempengaruhi Pergerakan Nilai Tukar Yen
Data inflasi dan respons bank sentral
Saat ini, inflasi global tinggi, dan harga minyak didorong naik. Jika inflasi terus meningkat, bank sentral mungkin akan menaikkan suku bunga untuk mengendalikan harga, yang bisa menguatkan Yen; sebaliknya, jika inflasi melandai, BoJ tidak akan terburu-buru mengubah kebijakan longgar. Perlu dicatat bahwa Jepang masih termasuk negara dengan tingkat inflasi terendah di dunia.
Isyarat pertumbuhan ekonomi
Data GDP dan PMI Jepang yang menguat menunjukkan bahwa bank sentral memiliki ruang untuk melakukan pengetatan, yang mendukung penguatan Yen; jika pertumbuhan melambat, bank sentral harus melanjutkan kebijakan longgar, yang tidak mendukung Yen. Saat ini, pertumbuhan ekonomi Jepang relatif stabil di antara negara G7.
Interpretasi pasar terhadap pernyataan bank sentral
Gubernur BoJ Ueda Kazuo yang baru setiap kata bisa menjadi sorotan besar. Terutama pernyataan terkait suku bunga negatif dan kontrol kurva hasil (YCC), setiap sinyal pengetatan atau keraguan terhadap kebijakan longgar bisa memicu apresiasi Yen secara cepat.
Sentimen safe haven internasional
Yen memiliki atribut safe haven, dan cenderung menguat saat terjadi krisis. Misalnya, setelah konflik di Palestina meningkat, Yen menguat terhadap mata uang lain dalam waktu singkat. Selain itu, penyesuaian kebijakan bank sentral lain juga mempengaruhi nilai Yen—jika semua bank sentral secara kolektif menurunkan suku bunga, Yen secara tidak langsung akan menguat.
Rekomendasi Investasi dan Peringatan Risiko
Dari situasi saat ini, pergerakan Yen masih menghadapi ketidakpastian besar. Dalam jangka pendek, spread suku bunga AS-Jepang yang melebar sulit dipercepat, dan tekanan depresiasi Yen tetap ada. Tetapi dalam jangka menengah dan panjang, normalisasi kebijakan BoJ dan perubahan kondisi ekonomi global dapat menciptakan peluang penguatan Yen.
Investor yang memiliki kebutuhan perjalanan atau konsumsi dapat melakukan pembelian Yen secara bertahap untuk memenuhi kebutuhan tersebut; trader yang ingin meraih keuntungan dari fluktuasi nilai tukar harus melakukan manajemen risiko yang ketat dan menilai kondisi keuangan serta toleransi risiko mereka secara matang. Dalam situasi yang kompleks ini, saran dari profesional sangat diperlukan.