## Inflasi: Fenomena Ekonomi yang Harus Dipahami Investor Secara Mendalam
**Inflasi** tidak hanya sekadar istilah teknis dalam ekonomi. Ini adalah sesuatu yang berdampak pada dompet kita setiap hari. Harga beras mahal, harga minyak melonjak, tarif listrik naik—semua ini adalah sinyal bahwa **inflasi** sedang terjadi secara nyata
### Jika dipikirkan secara sederhana, apa itu **inflasi**?
**Inflasi** adalah fenomena ekonomi di mana harga barang dan jasa cenderung meningkat secara terus-menerus. Dari sudut pandang uang, ini berarti nilai uang tersebut sedang menurun secara bertahap. Akibatnya, uang yang kita miliki menjadi mampu membeli lebih sedikit dari sebelumnya.
Contohnya, Bapak A memiliki uang 50 Baht sepuluh tahun lalu. Uang ini cukup untuk membeli beberapa piring nasi. Tapi saat ini, 50 Baht mungkin hanya cukup untuk satu piring saja, atau bahkan tidak cukup. Inilah kekuatan **inflasi** yang bekerja setiap hari
### Penyebab terjadinya **inflasi** memiliki beberapa faktor
**Pertama: Permintaan barang lebih tinggi dari pasokan**
Ketika orang ingin membeli banyak barang tetapi pasar tidak memiliki cukup barang untuk dijual, penjual secara alami akan menaikkan harga. Konsumen harus membayar lebih untuk mendapatkan barang tersebut. Kejadian ini banyak terjadi setelah dunia pulih dari krisis COVID-19. Orang-orang menabung selama lockdown, dan saat ekonomi dibuka kembali, semua orang berlomba-lomba membeli (Revenge Spending)
**Kedua: Biaya produksi meningkat**
Biaya bulan ini lebih mahal dari bulan sebelumnya, baik itu biaya minyak, gas, tenaga kerja, maupun bahan baku. Produsen harus menaikkan harga produk mereka untuk mempertahankan laba. Ini disebut Cost Push Inflation.
**Ketiga: Pemerintah mengeluarkan uang terlalu banyak**
Ketika pemerintah mencetak uang tambahan ke dalam sistem ekonomi, jumlah uang yang beredar akan meningkat. Tapi barang dan jasa tidak bertambah, sehingga uang menjadi kurang berharga dan **inflasi** pun terjadi.
### Gambaran saat ini: **Inflasi** di seluruh dunia dan situasi yang kompleks
Menurut laporan terbaru IMF (Januari 2567), ekonomi global diperkirakan tumbuh sebesar 3.1% di tahun 2567 dan 3.2% di tahun 2568, yang lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya. Tapi risiko tetap tersembunyi.
Tingkat **inflasi** di seluruh dunia sedang menurun, ini adalah kabar baik. Tapi ketegangan geopolitik (seperti perang) dan masalah rantai pasokan tetap menjadi risiko.
Untuk ekonomi Thailand, di bulan Januari 2567, indeks harga konsumen (CPI) tetap di angka 106.98 dibandingkan tahun sebelumnya, sehingga tingkat **inflasi** turun hingga 1.11%, yang merupakan level terendah dalam 35 bulan terakhir. Alasan utamanya adalah penurunan harga energi, sayuran segar, dan daging.
### Siapa yang diuntungkan dari **inflasi**?
**Pengusaha dan pelaku usaha kecil** paling diuntungkan. Mereka dapat menyesuaikan harga barang dan jasa sesuai permintaan pasar dengan leluasa. Contohnya, PT. PTT (Public) pada semester pertama 2565 meraih laba bersih 64.419 miliar Baht, tumbuh 12.7% dibandingkan tahun sebelumnya, karena harga minyak melonjak tinggi.
Tapi bagaimana dengan **karyawan yang bergaji tetap**? Mereka berada di pihak yang berlawanan. Meskipun gaji mereka naik, kenaikan tersebut biasanya lebih kecil dari tingkat **inflasi**. Jadi, daya beli mereka berkurang.
### Bagaimana perbedaan antara **inflasi** dan deflasi?
**Deflasi** adalah kebalikan dari **inflasi**. Ketika harga barang dan jasa terus menurun, meskipun terdengar baik (barang menjadi lebih murah), kenyataannya **deflasi** lebih berbahaya bagi ekonomi. Karena orang akan menunda pembelian barang (menunggu harga turun lagi). Produsen pun akan mengurangi produksi, mengurangi tenaga kerja, dan akhirnya ekonomi bisa mengalami resesi.
### Dampak **inflasi** terhadap kehidupan sehari-hari
**Biaya hidup meningkat, daya beli menurun**
Barang yang selalu kekurangan pasokan, seperti daging, telur, sayuran segar, harganya naik setiap tahun. Harga bahan bakar minyak melonjak sejak 2565-2567. Akibatnya, uang yang Anda miliki di dompet menjadi mampu membeli lebih sedikit dari sebelumnya.
Ketika penjualan menurun, pengusaha harus mengurangi jumlah karyawan, produksi melambat, dan investasi menyusut. Akibatnya, semakin banyak orang kehilangan pekerjaan.
**Gejolak di aset**
Ketika suku bunga rendah, investor akan mencari peluang spekulasi di aset berisiko tinggi, seperti saham dan properti. Hal ini meningkatkan ketidakstabilan pasar dalam jangka panjang.
### Stagflasi: "Situasi sulit yang tidak memiliki jalan keluar"
Kadang-kadang, **inflasi** terjadi bersamaan dengan perlambatan ekonomi. Ini disebut Stagflasi. Harga barang melambung tinggi, tetapi ekonomi tidak tumbuh. Orang harus menghadapi daya beli yang menurun sementara harga naik. Ini adalah situasi yang tidak diinginkan siapa pun.
### Lalu apa yang harus kita lakukan? Strategi investasi untuk investor
**1. Simpan dengan bunga tinggi (High-Yield Savings)**
Dalam masa **inflasi**, bank biasanya menaikkan suku bunga untuk menarik dana. Pilih rekening tabungan berjangka yang menawarkan suku bunga tinggi. Ini memberikan hasil yang lebih baik daripada tabungan biasa.
**2. Investasi di saham yang diuntungkan** - **Saham bank**: mendapat manfaat dari selisih bunga yang meningkat - **Saham asuransi**: hasil investasi tinggi dari obligasi pemerintah - **Saham makanan**: karena kebutuhan pokok dan memiliki kekuatan tawar
**3. Emas: perlindungan portofolio**
Emas adalah aset yang bergerak searah dengan **inflasi**. Semakin tinggi inflasi, semakin tinggi harga emas. Membeli emas atau trading CFD emas adalah cara populer untuk meraih keuntungan baik saat pasar naik maupun turun.
**4. Properti (Real Estate)**
Sewa cenderung mengikuti **inflasi**. Investasi properti yang menghasilkan pendapatan dari sewa adalah cara membangun penghasilan yang tidak fluktuatif mengikuti pasar saham.
**5. Surat utang berbasis suku bunga (Floating Rate Bond / Inflation-Linked Bond)**
Obligasi ini akan menyesuaikan suku bunga sesuai **inflasi**, sehingga hasil investasi Anda tidak tergerus oleh **inflasi**.
**6. Hindari pinjaman (Debt Avoidance)**
Dalam masa **inflasi**, hindari meminjam uang yang tidak menghasilkan pendapatan karena biaya pinjaman biasanya meningkat, dan Anda harus membayar kembali dengan uang yang nilainya semakin menurun.
### Perencanaan keuangan: 4 poin penting
**① Pantau berita ekonomi secara rutin**
Tingkat **inflasi** CPI, kebijakan bank sentral, semua ini selalu berubah. Memantau berita membantu Anda mempersiapkan dan menyesuaikan diri secara tepat waktu.
**② Rencanakan pengeluaran secara ketat (Budget Planning)**
Gunakan uang secara bijak. Belilah barang yang benar-benar diperlukan. Hindari pembelian impulsif. Investasi lebih baik daripada menabung uang tunai.
**③ Hindari terjebak FOMO (Fear of Missing Out) (FOMO Spending)**
Jangan langsung membeli barang yang harganya naik. Pikirkan baik-baik, apakah Anda benar-benar membutuhkannya atau hanya mengikuti tren.
**④ Investasikan di aset nyata (Real Assets)**
Emas, properti, obligasi yang disesuaikan suku bunga, semuanya memiliki nilai yang tidak tergerus waktu dan **inflasi**.
### Kesimpulan: **Inflasi** bukanlah bahaya jika Anda memahaminya
**Inflasi** dalam tingkat yang wajar (sekitar 2-3% per tahun) baik untuk ekonomi. Ini mendorong pengeluaran, investasi, dan pertumbuhan. Tapi ketika **inflasi** melonjak terlalu tinggi (Hyper Inflation), itu adalah masalah.
Kunci utamanya adalah "memahami dan beradaptasi". Ketika Anda memahami bagaimana **inflasi** bekerja, Anda bisa menggunakannya sebagai peluang untuk membangun kekayaan. Baik melalui investasi di saham, emas, properti, maupun surat utang yang disesuaikan suku bunga.
Investor yang cerdas tidak akan membiarkan uangnya tergerus oleh **inflasi**, melainkan akan membuat uang tersebut tumbuh seiring dengan **inflasi** pasar
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
## Inflasi: Fenomena Ekonomi yang Harus Dipahami Investor Secara Mendalam
**Inflasi** tidak hanya sekadar istilah teknis dalam ekonomi. Ini adalah sesuatu yang berdampak pada dompet kita setiap hari. Harga beras mahal, harga minyak melonjak, tarif listrik naik—semua ini adalah sinyal bahwa **inflasi** sedang terjadi secara nyata
### Jika dipikirkan secara sederhana, apa itu **inflasi**?
**Inflasi** adalah fenomena ekonomi di mana harga barang dan jasa cenderung meningkat secara terus-menerus. Dari sudut pandang uang, ini berarti nilai uang tersebut sedang menurun secara bertahap. Akibatnya, uang yang kita miliki menjadi mampu membeli lebih sedikit dari sebelumnya.
Contohnya, Bapak A memiliki uang 50 Baht sepuluh tahun lalu. Uang ini cukup untuk membeli beberapa piring nasi. Tapi saat ini, 50 Baht mungkin hanya cukup untuk satu piring saja, atau bahkan tidak cukup. Inilah kekuatan **inflasi** yang bekerja setiap hari
### Penyebab terjadinya **inflasi** memiliki beberapa faktor
**Pertama: Permintaan barang lebih tinggi dari pasokan**
Ketika orang ingin membeli banyak barang tetapi pasar tidak memiliki cukup barang untuk dijual, penjual secara alami akan menaikkan harga. Konsumen harus membayar lebih untuk mendapatkan barang tersebut. Kejadian ini banyak terjadi setelah dunia pulih dari krisis COVID-19. Orang-orang menabung selama lockdown, dan saat ekonomi dibuka kembali, semua orang berlomba-lomba membeli (Revenge Spending)
**Kedua: Biaya produksi meningkat**
Biaya bulan ini lebih mahal dari bulan sebelumnya, baik itu biaya minyak, gas, tenaga kerja, maupun bahan baku. Produsen harus menaikkan harga produk mereka untuk mempertahankan laba. Ini disebut Cost Push Inflation.
**Ketiga: Pemerintah mengeluarkan uang terlalu banyak**
Ketika pemerintah mencetak uang tambahan ke dalam sistem ekonomi, jumlah uang yang beredar akan meningkat. Tapi barang dan jasa tidak bertambah, sehingga uang menjadi kurang berharga dan **inflasi** pun terjadi.
### Gambaran saat ini: **Inflasi** di seluruh dunia dan situasi yang kompleks
Menurut laporan terbaru IMF (Januari 2567), ekonomi global diperkirakan tumbuh sebesar 3.1% di tahun 2567 dan 3.2% di tahun 2568, yang lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya. Tapi risiko tetap tersembunyi.
Tingkat **inflasi** di seluruh dunia sedang menurun, ini adalah kabar baik. Tapi ketegangan geopolitik (seperti perang) dan masalah rantai pasokan tetap menjadi risiko.
Untuk ekonomi Thailand, di bulan Januari 2567, indeks harga konsumen (CPI) tetap di angka 106.98 dibandingkan tahun sebelumnya, sehingga tingkat **inflasi** turun hingga 1.11%, yang merupakan level terendah dalam 35 bulan terakhir. Alasan utamanya adalah penurunan harga energi, sayuran segar, dan daging.
### Siapa yang diuntungkan dari **inflasi**?
**Pengusaha dan pelaku usaha kecil** paling diuntungkan. Mereka dapat menyesuaikan harga barang dan jasa sesuai permintaan pasar dengan leluasa. Contohnya, PT. PTT (Public) pada semester pertama 2565 meraih laba bersih 64.419 miliar Baht, tumbuh 12.7% dibandingkan tahun sebelumnya, karena harga minyak melonjak tinggi.
Tapi bagaimana dengan **karyawan yang bergaji tetap**? Mereka berada di pihak yang berlawanan. Meskipun gaji mereka naik, kenaikan tersebut biasanya lebih kecil dari tingkat **inflasi**. Jadi, daya beli mereka berkurang.
### Bagaimana perbedaan antara **inflasi** dan deflasi?
**Deflasi** adalah kebalikan dari **inflasi**. Ketika harga barang dan jasa terus menurun, meskipun terdengar baik (barang menjadi lebih murah), kenyataannya **deflasi** lebih berbahaya bagi ekonomi. Karena orang akan menunda pembelian barang (menunggu harga turun lagi). Produsen pun akan mengurangi produksi, mengurangi tenaga kerja, dan akhirnya ekonomi bisa mengalami resesi.
### Dampak **inflasi** terhadap kehidupan sehari-hari
**Biaya hidup meningkat, daya beli menurun**
Barang yang selalu kekurangan pasokan, seperti daging, telur, sayuran segar, harganya naik setiap tahun. Harga bahan bakar minyak melonjak sejak 2565-2567. Akibatnya, uang yang Anda miliki di dompet menjadi mampu membeli lebih sedikit dari sebelumnya.
**Level harga barang (2564-2567)**
- Daging merah: 137.5 Baht/kg → 205 Baht/kg → 125 Baht/kg → 133.31 Baht/kg
- Dada ayam: 67.5 Baht/kg → 105 Baht/kg → 80 Baht/kg → 80 Baht/kg
- Solar: 28.29 Baht/liter → 34.94 Baht/liter → 33.44 Baht/liter → 40.24 Baht/liter
- Gasohol: 28.75 Baht/liter → 37.15 Baht/liter → 35.08 Baht/liter → 39.15 Baht/liter
**Tingkat pengangguran meningkat**
Ketika penjualan menurun, pengusaha harus mengurangi jumlah karyawan, produksi melambat, dan investasi menyusut. Akibatnya, semakin banyak orang kehilangan pekerjaan.
**Gejolak di aset**
Ketika suku bunga rendah, investor akan mencari peluang spekulasi di aset berisiko tinggi, seperti saham dan properti. Hal ini meningkatkan ketidakstabilan pasar dalam jangka panjang.
### Stagflasi: "Situasi sulit yang tidak memiliki jalan keluar"
Kadang-kadang, **inflasi** terjadi bersamaan dengan perlambatan ekonomi. Ini disebut Stagflasi. Harga barang melambung tinggi, tetapi ekonomi tidak tumbuh. Orang harus menghadapi daya beli yang menurun sementara harga naik. Ini adalah situasi yang tidak diinginkan siapa pun.
### Lalu apa yang harus kita lakukan? Strategi investasi untuk investor
**1. Simpan dengan bunga tinggi (High-Yield Savings)**
Dalam masa **inflasi**, bank biasanya menaikkan suku bunga untuk menarik dana. Pilih rekening tabungan berjangka yang menawarkan suku bunga tinggi. Ini memberikan hasil yang lebih baik daripada tabungan biasa.
**2. Investasi di saham yang diuntungkan**
- **Saham bank**: mendapat manfaat dari selisih bunga yang meningkat
- **Saham asuransi**: hasil investasi tinggi dari obligasi pemerintah
- **Saham makanan**: karena kebutuhan pokok dan memiliki kekuatan tawar
**3. Emas: perlindungan portofolio**
Emas adalah aset yang bergerak searah dengan **inflasi**. Semakin tinggi inflasi, semakin tinggi harga emas. Membeli emas atau trading CFD emas adalah cara populer untuk meraih keuntungan baik saat pasar naik maupun turun.
**4. Properti (Real Estate)**
Sewa cenderung mengikuti **inflasi**. Investasi properti yang menghasilkan pendapatan dari sewa adalah cara membangun penghasilan yang tidak fluktuatif mengikuti pasar saham.
**5. Surat utang berbasis suku bunga (Floating Rate Bond / Inflation-Linked Bond)**
Obligasi ini akan menyesuaikan suku bunga sesuai **inflasi**, sehingga hasil investasi Anda tidak tergerus oleh **inflasi**.
**6. Hindari pinjaman (Debt Avoidance)**
Dalam masa **inflasi**, hindari meminjam uang yang tidak menghasilkan pendapatan karena biaya pinjaman biasanya meningkat, dan Anda harus membayar kembali dengan uang yang nilainya semakin menurun.
### Perencanaan keuangan: 4 poin penting
**① Pantau berita ekonomi secara rutin**
Tingkat **inflasi** CPI, kebijakan bank sentral, semua ini selalu berubah. Memantau berita membantu Anda mempersiapkan dan menyesuaikan diri secara tepat waktu.
**② Rencanakan pengeluaran secara ketat (Budget Planning)**
Gunakan uang secara bijak. Belilah barang yang benar-benar diperlukan. Hindari pembelian impulsif. Investasi lebih baik daripada menabung uang tunai.
**③ Hindari terjebak FOMO (Fear of Missing Out) (FOMO Spending)**
Jangan langsung membeli barang yang harganya naik. Pikirkan baik-baik, apakah Anda benar-benar membutuhkannya atau hanya mengikuti tren.
**④ Investasikan di aset nyata (Real Assets)**
Emas, properti, obligasi yang disesuaikan suku bunga, semuanya memiliki nilai yang tidak tergerus waktu dan **inflasi**.
### Kesimpulan: **Inflasi** bukanlah bahaya jika Anda memahaminya
**Inflasi** dalam tingkat yang wajar (sekitar 2-3% per tahun) baik untuk ekonomi. Ini mendorong pengeluaran, investasi, dan pertumbuhan. Tapi ketika **inflasi** melonjak terlalu tinggi (Hyper Inflation), itu adalah masalah.
Kunci utamanya adalah "memahami dan beradaptasi". Ketika Anda memahami bagaimana **inflasi** bekerja, Anda bisa menggunakannya sebagai peluang untuk membangun kekayaan. Baik melalui investasi di saham, emas, properti, maupun surat utang yang disesuaikan suku bunga.
Investor yang cerdas tidak akan membiarkan uangnya tergerus oleh **inflasi**, melainkan akan membuat uang tersebut tumbuh seiring dengan **inflasi** pasar