Peluang Perdagangan di Tengah Fluktuasi Nilai Tukar
pasangan mata uang USD/JPY mengalami rebound kecil pada sesi Asia hari Selasa, menyentuh sekitar 157.00. Pergerakan ini terutama dipicu oleh meningkatnya ekspektasi pasar terhadap kemungkinan intervensi pemerintah Jepang di pasar valuta asing. Namun, kekuatan kenaikan ini tampaknya tidak bertahan lama—harapan penurunan suku bunga Federal Reserve yang meningkat sedang menekan dolar AS, sementara memburuknya kondisi ekonomi Jepang juga membatasi ruang kenaikan yen.
Trader sedang menunggu dua momen penting: pertama, rilis data Indeks Harga Produsen (PPI) dan penjualan ritel AS yang akan diumumkan hari ini, dan kedua, pertemuan kebijakan Federal Reserve pada 10 Desember. Sebelum data-data penting ini keluar, pasar kemungkinan akan tetap berhati-hati.
Sinyal Kebijakan Jepang Sering Dilepaskan
Menteri Keuangan Jepang, Satsuki Katayama, baru-baru ini menyatakan sikap paling tegas, menyebutkan bahwa pada hari Jumat akan diambil “langkah yang sesuai” sesuai kebutuhan untuk mengatasi volatilitas berlebihan dan pergerakan pasar yang tidak teratur, yang secara luas dipahami sebagai peringatan intervensi. Anggota tim kunci pemerintah, Takashi Aida, kemudian juga menyatakan bahwa Jepang memiliki kemampuan untuk secara aktif masuk ke pasar valuta asing guna meredam dampak depresiasi yen terhadap ekonomi.
Sinyal-sinyal ini memang sempat menakuti beberapa posisi short yen, tetapi keberlanjutan dari kekuatan kebijakan ini masih diragukan. Alasannya, Jepang menghadapi hambatan yang lebih besar—minggu lalu, kabinet menyetujui paket stimulus ekonomi sebesar 21,3 triliun yen, terbesar sejak pandemi. Rencana ini awalnya disetujui pada 28 November melalui anggaran tambahan untuk mendukung program tersebut, yang memperburuk kekhawatiran pasar terhadap akumulasi utang pemerintah Jepang yang terus berlanjut, dan mendorong hasil obligasi pemerintah Jepang jangka panjang mencapai level tertinggi dalam sejarah.
Data Ekonomi dan Sikap Bank Sentral Bertentangan
Data ekonomi kuartal ketiga terbaru menunjukkan bahwa GDP Jepang mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam enam kuartal, yang seharusnya memberi tekanan pada Bank of Japan (BoJ) untuk menunda keputusan kenaikan suku bunga. Namun, Gubernur BoJ, Ueda Haruhiko, menyatakan bahwa mereka terbuka terhadap kenaikan suku bunga pada Desember dan menyampaikan kepada parlemen bahwa depresiasi yen dapat mendorong kenaikan harga secara keseluruhan. Posisi kebijakan yang dilematis ini mencerminkan dilema antara menjaga pertumbuhan dan mengendalikan inflasi. Inflasi Jepang telah melebihi target 2% selama lebih dari tiga tahun berturut-turut.
Sebaliknya, sikap Federal Reserve mulai berbalik ke arah pelonggaran. Anggota Federal Reserve, Christopher Waller, pada hari Senin menyatakan bahwa data saat ini menunjukkan pasar tenaga kerja AS masih lemah, cukup untuk mendukung penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Desember. Presiden Federal Reserve New York, John Williams, sebelumnya menggambarkan kondisi kebijakan saat ini sebagai “pengetatan moderat,” yang mengisyaratkan adanya ruang untuk penurunan suku bunga lebih lanjut. Hal ini mendorong ekspektasi pasar terhadap kemungkinan penurunan suku bunga Fed pada Desember mencapai sekitar 80%.
Analisis Teknikal: Bullish Menguji Titik 157
Secara teknikal, USD/JPY dalam jangka pendek bergerak di sekitar 157.00, yang merupakan level kunci yang perlu dikonfirmasi oleh bullish. Jika mampu menembus dan bertahan di atas level ini, potensi kenaikan selanjutnya mengarah ke resistance di kisaran 157.45-157.50, kemudian menantang area 157.85-157.90, bahkan mencapai level tertinggi sepuluh bulan minggu lalu. Jika USD/JPY menembus angka bulat 158.00, ini akan menjadi terobosan teknikal baru yang membuka jalan untuk apresiasi lebih lanjut.
Di bawahnya, support pertama berada di kisaran 156.25-156.20. Jika harga terus turun, angka bulat 156.00 akan menjadi garis pertahanan kedua. Jika level ini ditembus, fokus dapat bergeser ke support di kisaran 155.45-155.40, dan selanjutnya ke angka psikologis 155.00. Jika koreksi lebih dalam terjadi, support di sekitar 154.50-154.45 kemungkinan akan terbentuk sebagai bantalan yang efektif, dan area ini bisa menjadi titik balik penting serta dasar jangka pendek yang kuat.
Fokus Pasar Selanjutnya
Fundamental tampaknya lebih mendukung potensi kenaikan USD/JPY. Meski pemerintah Jepang mengeluarkan sinyal intervensi, tekanan utang, pertumbuhan yang lemah, dan ketidakpastian kebijakan bank sentral semuanya melemahkan momentum rebound yen. Sementara itu, meningkatnya ekspektasi penurunan suku bunga Fed menekan dolar AS. Trader perlu memperhatikan arah data ekonomi AS dan sinyal kebijakan sebelum pertemuan Fed Desember, karena faktor-faktor ini akan langsung mempengaruhi arah perdagangan jangka pendek USD/JPY.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Teknikal USD/JPY tertekan, akankah dukungan kebijakan yen dapat bertahan?
Peluang Perdagangan di Tengah Fluktuasi Nilai Tukar
pasangan mata uang USD/JPY mengalami rebound kecil pada sesi Asia hari Selasa, menyentuh sekitar 157.00. Pergerakan ini terutama dipicu oleh meningkatnya ekspektasi pasar terhadap kemungkinan intervensi pemerintah Jepang di pasar valuta asing. Namun, kekuatan kenaikan ini tampaknya tidak bertahan lama—harapan penurunan suku bunga Federal Reserve yang meningkat sedang menekan dolar AS, sementara memburuknya kondisi ekonomi Jepang juga membatasi ruang kenaikan yen.
Trader sedang menunggu dua momen penting: pertama, rilis data Indeks Harga Produsen (PPI) dan penjualan ritel AS yang akan diumumkan hari ini, dan kedua, pertemuan kebijakan Federal Reserve pada 10 Desember. Sebelum data-data penting ini keluar, pasar kemungkinan akan tetap berhati-hati.
Sinyal Kebijakan Jepang Sering Dilepaskan
Menteri Keuangan Jepang, Satsuki Katayama, baru-baru ini menyatakan sikap paling tegas, menyebutkan bahwa pada hari Jumat akan diambil “langkah yang sesuai” sesuai kebutuhan untuk mengatasi volatilitas berlebihan dan pergerakan pasar yang tidak teratur, yang secara luas dipahami sebagai peringatan intervensi. Anggota tim kunci pemerintah, Takashi Aida, kemudian juga menyatakan bahwa Jepang memiliki kemampuan untuk secara aktif masuk ke pasar valuta asing guna meredam dampak depresiasi yen terhadap ekonomi.
Sinyal-sinyal ini memang sempat menakuti beberapa posisi short yen, tetapi keberlanjutan dari kekuatan kebijakan ini masih diragukan. Alasannya, Jepang menghadapi hambatan yang lebih besar—minggu lalu, kabinet menyetujui paket stimulus ekonomi sebesar 21,3 triliun yen, terbesar sejak pandemi. Rencana ini awalnya disetujui pada 28 November melalui anggaran tambahan untuk mendukung program tersebut, yang memperburuk kekhawatiran pasar terhadap akumulasi utang pemerintah Jepang yang terus berlanjut, dan mendorong hasil obligasi pemerintah Jepang jangka panjang mencapai level tertinggi dalam sejarah.
Data Ekonomi dan Sikap Bank Sentral Bertentangan
Data ekonomi kuartal ketiga terbaru menunjukkan bahwa GDP Jepang mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam enam kuartal, yang seharusnya memberi tekanan pada Bank of Japan (BoJ) untuk menunda keputusan kenaikan suku bunga. Namun, Gubernur BoJ, Ueda Haruhiko, menyatakan bahwa mereka terbuka terhadap kenaikan suku bunga pada Desember dan menyampaikan kepada parlemen bahwa depresiasi yen dapat mendorong kenaikan harga secara keseluruhan. Posisi kebijakan yang dilematis ini mencerminkan dilema antara menjaga pertumbuhan dan mengendalikan inflasi. Inflasi Jepang telah melebihi target 2% selama lebih dari tiga tahun berturut-turut.
Sebaliknya, sikap Federal Reserve mulai berbalik ke arah pelonggaran. Anggota Federal Reserve, Christopher Waller, pada hari Senin menyatakan bahwa data saat ini menunjukkan pasar tenaga kerja AS masih lemah, cukup untuk mendukung penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Desember. Presiden Federal Reserve New York, John Williams, sebelumnya menggambarkan kondisi kebijakan saat ini sebagai “pengetatan moderat,” yang mengisyaratkan adanya ruang untuk penurunan suku bunga lebih lanjut. Hal ini mendorong ekspektasi pasar terhadap kemungkinan penurunan suku bunga Fed pada Desember mencapai sekitar 80%.
Analisis Teknikal: Bullish Menguji Titik 157
Secara teknikal, USD/JPY dalam jangka pendek bergerak di sekitar 157.00, yang merupakan level kunci yang perlu dikonfirmasi oleh bullish. Jika mampu menembus dan bertahan di atas level ini, potensi kenaikan selanjutnya mengarah ke resistance di kisaran 157.45-157.50, kemudian menantang area 157.85-157.90, bahkan mencapai level tertinggi sepuluh bulan minggu lalu. Jika USD/JPY menembus angka bulat 158.00, ini akan menjadi terobosan teknikal baru yang membuka jalan untuk apresiasi lebih lanjut.
Di bawahnya, support pertama berada di kisaran 156.25-156.20. Jika harga terus turun, angka bulat 156.00 akan menjadi garis pertahanan kedua. Jika level ini ditembus, fokus dapat bergeser ke support di kisaran 155.45-155.40, dan selanjutnya ke angka psikologis 155.00. Jika koreksi lebih dalam terjadi, support di sekitar 154.50-154.45 kemungkinan akan terbentuk sebagai bantalan yang efektif, dan area ini bisa menjadi titik balik penting serta dasar jangka pendek yang kuat.
Fokus Pasar Selanjutnya
Fundamental tampaknya lebih mendukung potensi kenaikan USD/JPY. Meski pemerintah Jepang mengeluarkan sinyal intervensi, tekanan utang, pertumbuhan yang lemah, dan ketidakpastian kebijakan bank sentral semuanya melemahkan momentum rebound yen. Sementara itu, meningkatnya ekspektasi penurunan suku bunga Fed menekan dolar AS. Trader perlu memperhatikan arah data ekonomi AS dan sinyal kebijakan sebelum pertemuan Fed Desember, karena faktor-faktor ini akan langsung mempengaruhi arah perdagangan jangka pendek USD/JPY.