1720 tahun, dalam peristiwa gelembung South Sea di Inggris, perusahaan South Sea mengajukan sebuah skema yang terdengar tak tertandingi—menggunakan struktur pertukaran utang yang canggih, memberikan pemegang obligasi janji imbal hasil tinggi yang stabil dan berkelanjutan. Hasilnya? Bangsawan, anggota parlemen, akademisi semuanya berbondong-bondong, bahkan otak sebesar Newton pun terjerat di dalamnya.

Yang menarik adalah, pada akhirnya, yang membuat gelembung ini benar-benar meledak bukanlah rumor kecil maupun penipuan terbuka, melainkan sesuatu yang tampaknya sangat rasional—semua orang mulai menghitung imbal hasil dengan serius. Mereka mulai percaya pada logika itu: selama rumus bunga majemuk berlaku, masa depan pasti akan lebih baik. Dalam proses "perhitungan rasional" ini, risiko secara diam-diam sudah menyusup.

Tiga ratus tahun kemudian, dunia Web3 di dunia blockchain hampir mengulangi cerita yang sama dengan skenario yang sama. Perbedaannya adalah, kita sekarang lebih "pintar" dari para investor saat itu. Kita bilang kita tidak percaya cerita, hanya percaya data; tidak mendengarkan narasi konsep, hanya melihat angka APY; dan kita tidak akan dipengaruhi emosi, semuanya bergantung pada Excel dan kalkulator.

Tapi justru di sinilah letak masalahnya—ketika semua orang mengira mereka sangat rasional, sistem malah mulai memanfaatkan kepercayaan diri ini secara terbalik. APY tampaknya adalah indikator matematika yang netral, padahal sebenarnya sudah dirancang dengan cermat sebagai alat pengarahan perilaku. Ia menyembunyikan tiga asumsi yang banyak orang mudah abaikan.

Pertama, APY mengasumsikan kamu akan terus berpartisipasi. Satu-satunya syarat agar rumus bunga majemuk berlaku adalah kamu tidak menarik dana, tidak berubah hati, dan tidak melakukan kesalahan. Tapi dunia di blockchain tidak begitu stabil. Protokol berubah, mekanisme insentif berubah, risiko juga berubah. Hanya pihak yang berpartisipasi yang diasumsikan sebagai pion yang tak berubah selamanya oleh rumus ini.

Kedua, ia mengasumsikan struktur dasar tidak akan menurun. Imbal hasil tahunan yang ditampilkan oleh APY pada dasarnya adalah prediksi berdasarkan "kondisi saat ini". Tapi dari mana sebenarnya keuntungan DeFi berasal? Subsidi, inflasi, insentif yang dipercepat. Ketika pertumbuhan pengguna melambat dan kolam insentif mulai mengering, seluruh perhitungan ini akan runtuh secara drastis.

Ketiga, yang paling mudah diabaikan—ia menyembunyikan transfer risiko yang sebenarnya. APY yang tinggi biasanya berarti apa? Berarti risiko telah dialihkan, bukan hilang. Ada yang mendapatkan "bunga" yang kamu lihat, padahal sebenarnya mereka sedang bertaruh bahwa orang lain akan terus masuk dan mengambil alih posisi. Ini sama persis dengan logika gelembung South Sea tiga ratus tahun lalu.

Jadi, saat kamu melihat angka APY yang menggoda itu berikutnya, tanyakan pada dirimu sendiri: dari mana asal keuntungan ini? Berapa lama bisa bertahan? Bagaimana jika jumlah partisipan berhenti bertambah? Yang paling penting, apakah kamu sedang mendapatkan keuntungan, atau hanya berperan sebagai rantai terakhir dari aliran keuntungan ini?

Pelajaran dari sejarah tidak pernah berubah, yang berubah hanyalah cara kita menipu diri sendiri.